Yogyakarta, 11 Agustus 2011-Pada
dasarnya, sikap dan sifat dasar yang dibutuhkan dalam organisasi sangatlah
relatif. Tergantung dari apa jenis organisasi, tujuan, tradisi dalam
organisasi, kapasitas orang didalam organisasi, dan lainnya.
Namun, secara garis besar,
beberapa hal berikut berlaku secara umum dikebanyakan organisasi. Organisasi
komersial ataupun non komersial. Organisasi pemerintah, maupun organisasi non
pemerintah.
Apa saja? mari kita lihat :
Kejujuran
Kata pepatah lama : Kejujuran
adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Di organisasi juga tentunya.
Jujur dalam berorganisasi misalnya jujur saat mengemukakan pendapat, laporan,
jujur masalah uang, jujur dalam menilai kinerja, dan lain-lain.
Jujur berkaitan dengan masalah
moralitas, realita, dan fakta. Maka, masalah kejujuran pada dasarnya berangkat
dari hati nurani seseorang. Tidak jarang, banyak oknum dalam organisasi berbuat
dan berkata tidak jujur untuk menutupi sesuatu.
Misalkan, seorang auditor sedang
mengaudit keuangan sebuah perusahaan. Dalam penyelidikan dia menemukan banyak
kejanggalan dan kecurangan. Namun karena diimingi uang, atau mungkin karena
mendapat ancaman dari perusahaan yang bersangkutan, akhirnya dia memanipulasi
data penyelidikan.
Atas kepentingan tertentu dalam
organisasi, terkadang kita dipaksa oleh keadaan untuk berbuat tidak jujur.
Kadang ada kesempatan mendapatkan keuntungan dari ketidakjujuran yang kita
buat. Kadang kita terpaksa berbuat tidak jujur karena alasan-alasan tertentu
yang menurut kita baik
Banyak orang melakukan pembenaran
dengan mengatakan atau berpegang pada istilah “bohong untuk kebaikan itu tak
masalah” sehingga dengan mudah mereka berbuat atau berkata tidak jujur.
Dalam sebuah sumber agama
tertentu, disebutkan “Katakanlah yang sebenarnya, walaupun itu pahit bagimu“.
Disini kita melihat apakah sebenarnya memang dibenarkan adanya “bohong untuk
kebaikan?” padahal sebenarnya bohong itu sendiri adalah hal yang buruk.
Namun, dalam kondisi tertentu
memang efek dari kejujuran bisa lebih pahit daripada jika kita berbohong.
Disinilah kita dituntut berani mengemukakan kebenaran dengan jujur
Loyalitas
Loyalitas mengacu pada kesetiaan
pada organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan hal-hal lain yang
sifatnya herois. Loyalitas akan menggerakkan motor-motor organisasi untuk tetap
bekerja meski dalam kondisi yang tidak menguntungkan, kondisi kekurangan, atau
kondisi-kondisi buruk lainnya.
Pada kasus-kasus tertentu, suatu
organisasi dapat bertahan karena memiliki anggota-anggota yan loyal. Padahal,
secara program organisasi tersebut bisa dikatakan tidak bergerak sama sekali
Ada banyak hal yang membuat orang
menjadi loyal pada sebuah organisasi. Kebanyakan orang menjadi loyal karena
telah memahami seluk beluk organisasi itu, masalah, tantangan yang dihadapi
organisasi dalam kaitannya dengan tujuan organisasi itu, atau karena telah lama
berorganisasi disitu.
Anggota yang loyal, ibarat
seorang pejuang yang rela tetap semangat berperang dalam kondisi perut lapar,
amunisi dan senjata kurang, walaupun pasukan diambang kekalahan.
Salah satu contoh loyalitas yang
cukup sempurna diperlihatkan dalam sebuah film epik berjudul “300 (three
hundred)” yang mengisahkan peperangan antara pasukan perang Sparta (Yunani)
dibawah pimpinan Leonidas melawan pasukan Persia dibawah pimpinan Xerxes.
Komitmen dan tanggungjawab
Jika loyalitas berkerabat dengan
kesetiaan, maka komitmen dan tanggungjawab tidak demikian. Komitmen dan
tanggungjawab lebih mengarah pada kesepakatan atau janji yang telah dibuat.
Lebih dalam lagi, komitmen dan
tanggungjawab dapat diartikan
“memegang teguh amanat,
kesepakatan, janji, tugas yang telah dibuat atau diterima (diucapkan
ataupun dituliskan) dan menyelesaikannya dengan bersungguh-sungguh dengan
semaksimal mungkin (mengerahkan kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan atau
tugas tersebut)”.
Tanpa loyalitas sekalipun orang
dapat berkomitmen dan bertanggung jawab. Bahkan tanpa ikatan emosional dengan
organisasi tersebut sekalipun. Namun pada umumnya, komitmen dan tanggungjawab
yang kuat tercipta dari hubungan internal, emosional, dan kekeluargaan yang
kuat, meski tidak selalu akur
Kesepakatan yang dimaksud dapat
berupa kesepakatan dari diri sendiri dengan diri sendiri, kesepakatan antar
individu, ataupun kesepakatan antar lembaga/organisasi
Kesepakatan dari diri sendiri
pada diri sendiri mengacu pada pertentangan pribadi (batin) seseorang. Dimana
biasanya selalu ada pro dan kontra didalam diri seseorang atau suatu yang
dipikirkan atau akan dilakukan, lalu terjadi kesepakatan damai dan memunculkan
komitmen serta batasan-batasannya (atau tidak terbatas sama sekali). Dari
komitmen ini kemudian lahirlah tanggungjawab untuk mewujudkan komitmen tersebut
Kesepakatan antar individu maupun
antar lembaga adalah kesepakatan atara satu pihak dengan lainnya. Baik
dikemukakan secara tertulis maupun lisan. Namun dewasa ini, kebanyakan
kesepakatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum adalah kesepakatan
tertulis.
Kekeluargaan dan rasa saling
memiliki
Kekeluargaan atas suatu
organisasi berawal dari rasa nyaman yang ditimbulkan didalam internal
organisasi tersebut. Kemudian muncullah rasa memiliki. Kekeluargaan dan rasa
memiliki ini merupakan proses sebab akibat yang sangat erat. Keduanya saling
mempengaruhi.
Keduanya berakibat pada rasa
nyaman antar anggota didalam organisasi tersebut, dan akhirnya mempengaruhi
pula ikatan emosional, kinerja, dan lain-lain.
Jika seorang anggota organisasi
telah merasa memiliki atas suatu organisasi, maka dia takkan segan berbuat
banyak untuk organisasinya, bahkan tanpa pamrih. Hal ini mungkin karena anggota
tersebut melakukannya atas dasar pengabdian, bukan sekedar tugas atau mengerjakan
program
Pada umumnya kekeluargaan dan
rasa memiliki ini tercipta karena intensitas interaksi dan komunikasi yang
banyak. Sesama anggota sering bertemu, berdiskusi, bersenang-senang,
berkegiatan, berbagi suka duka, lama kelamaan akan terpupuklah kekeluargaan dan
rasa memiliki yang kuat
Kekeluargaan dan rasa memiliki
dikalangan anggota organisasi memungkinkan munculnya kecintaan pada organisasi
tersebut. Bisa dibayangkan, jika seseorang sudah cinta, maka apa saja mungkin
dia lakukan, bahkan dengan dasar dan alasan yang tidak rasional sekalipun
Namun, sifat kekeluargaan dan
rasa memiliki ini bisa muncul setelah seseorang masuk dalam organisasi dan /
atau berpartisipasi didalamnya. Banyak juga non anggota yang berpartisipasi
aktif dalam sebuah organisasi. Mereka-mereka ini sering disebut “Simpatisan”
atau orang yang bersimpati.
Kemauan untuk berkembang
Hal ini sangat penting, tidak
hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi organisasi yang bersangkutan.
Dunia sangat dinamis, begitu juga
dengan manusia. Selalu terjadi perubahan baik cepat ataupun lambat. Baik itu
perubahan pola, prinsip, cara, dan lain-lain
Kemauan untuk berkembang
menunjukkan keterbukaan pada hal-hal baru yang masih asing. Hal ini juga
menunjukkan bahwa dalam diri seorang anggota itu atau organisasi itu, ada
keinginan untuk selalu meningkatkan kualitasnya, sehingga yang dihasilkan
organisasipun meningkat baik kualitas ataupun kuantitasnya,
Hampir semua organisasi
membutuhkan anggota yang punya sifat ini. Namun, terkadang ada juga organisasi
tertentu, entah disadari atau tidak, atau memang disengaja, membiarkan
anggotanya atau organisasinya tetap statis/monoton. Tentu setiap organisasi
punya tujuannya sendiri-sendiri
Efeknya pada organisasi sangat
signifikan, dengan memiliki anggota organisasi atau organisasi yang mau
berkembang, organisasi tersebut berpotensi untuk bertahan lama, berjalan
beriringan dengan jaman, selalu sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan melampaui
capaian pada jamannya.
Cara berkomunikasi yang efektif
dan efesien
Disadari atau tidak, komunikasi
yang efektif dan efisien ini menjadi kunci kesuksesan di hampir semua aspek
dalam organisasi.
Seorang teknisi ingin menjelaskan
alat-alat dan gunanya pada saat presentasi di masyarakat, dengan apa? Tentu
dengan komunikasi yang baik dan pas. Seorang manajer ingin menjelaskan
rencana-rencananya, dengan apa? Diam? Tak mungkin. Tentu dengan komunikasi
Seringkali terjadi, yang membuat
suatu produk tidak laku dimasyarakat bukan karena produk itu jelek, tetapi
karena penyampaiannya pada masyarakat yang tak efektif dan efisien.
Sering kali dalam organisasi,
kita menjelaskan panjang lebar tentang konsep yang kita buat, tetapi ditolak
oleh segenap hadirin. Mengapa? Ternyata karena penyampaian kita tidak ditangkap
atau dimengerti secara maksimal oleh pendengar.
Ironis bukan, rencana yang telah
kita buat secara sangat matang dalam hal teknis, malah gagal atau ditolak
karena kita tidak mampu menyampaikannya pada resipien (penerima informasi)?
Pada umumnya anggota-anggota
organisasi yang telah mapan dan dewasa mengetahui betapa pentingnya beberapa
hal diatas dalam sebuah organisasi. Organisasi besar biasanya punya tradisi
khusus untuk terus menyampaikan/mentransformasikan hal-hal penting di
organisasinya kepada anggota-anggota baru.
Apabila organisasi ingin berjalan
dengan sukses dan lancar, diperlukanlah sikap kerja yang baik dari para
anggotanya, yaitu ulet, fokus, disiplin, tidak egois, bekerja keras, komunikasi
yang baik, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sikap-sikap tersebut dapat
mendukung tercapainya kesuksesan sebuah organisasi. Bahkan kebanyakan
organisasi mencari anggota yang memang sesuai dengan kualifikasi tersebut dan juga
menuntut anggotanya untuk memiliki karakter kerja yang baik.
Selain karakter kerja yang telah
disebutkan di atas, ada dua hal penting yang harus dimiliki oleh anggota
organisasi, yaitu totalitas dan loyalitas. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, totalitas diartikan sebagai keutuhan atau keseluruhan, sedangkan
loyalitas adalah kepatuhan dan kesetiaan. Totalitas dan loyalitas ini haruslah
dimiliki oleh setiap orang dalam suatu organisasi, baik ketua, staff, dan
anggotanya.
Totalitas dapat diartikan pula
sebagai suatu upaya dalam melakukan atau mengerjakan berbagai hal dengan
optimal, baik dalam berpikir, bertindak, berbicara, dan bekerja sama dengan
orang lain. Dalam organisasi, penting sekali untuk memiliki sikap totalitas karena
akan berpengaruh terhadap sikap kerja. Apabila orang tersebut total dalam
melakukan suatu program kerja yang telah dibuat organisasi, ia akan mengerjakan
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sungguh-sungguh
dan optimal dalam bekerja pastilah akan membuahkan suatu hasil yang optimal dan
sukses pula.
Yang tidak kalah penting adalah
adanya sikap loyal atau loyalitas dari anggota organisasi. Loyalitas adalah
sikap setia dan kepatuhan terhadap seseorang atau perkumpulan. Sikap setia ini
tumbuh dari kecintaan dan kesenangannya pada orang atau organisasi yang
diikuti. Orang-orang yang loyal akan mengabdi pada organisasi dengan tulus
ikhlas karena kesetiaan itu berasal dari hati masing-masing. Apabila suatu
pekerjaan dilakukan dengan tulus ikhlas dan dari hati, pastilah akan membuahkan
hasil yang baik dan membanggakan.
Mengapa totalitas dan loyalitas
adalah hal yang benar-benar penting dalam berorganisasi? Dari uraian di atas
pastilah kita semua sudah tahu. Setiap organisasi pasti membutuhkan orang-orang
yang total dalam mengerjakan tugas yang dipasrahkan kepada mereka, tidak
sekedar menjalankan tugas hanya karena terpaksa, dan juga cinta terhadap apa
yang dilakukannya.
Bisa diumpamakan organisasi itu
sebagai mobil. Mobil pasti akan berjalan dengan mulus kalau komponen-komponen
yang ada di dalamnya beroperasi dengan baik. Komponen-komponen itu merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mobil tidak dapat berjalan apabila
hanya ada setir saja, tetapi juga membutuhkan adanya ban, gas, rem, mesin,
sopir, dan lainnya. Sama halnya dengan organisasi yang bisa bergerak lancar
apabila anggota-anggotanya memiliki karakter kerja yang baik. Tidak hanya
ketuanya saja yang baik, tetapi seluruh anggotanya juga harus baik.
Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa totalitas dan loyalitas adalah hal yang penting dan sikap yang harus
dimiliki setiap orang dalam berorganisasi. Total dalam berkarya dan loyal
terhadap organisasi merupakan kunci kesuksesan dan tercapainya tujuan dari
sebuah organisasi. Totalitas dan loyalitas tersebut tidak hanya dimiliki oleh
ketua atau sebagian orang saja, tetapi harus dimiliki juga oleh setiap anggota
organisasi.
No comments:
Post a Comment